Batu sebagai salah satu sumber daya alam yang kokoh sudah sedari dulu digunakan sebagai bahan bangunan. Tidak heran jika batu alam sering kali dimanfaatkan sebagai material utama berbagai pembangunan mulai dari rumah hingga situs bersejarah seperti candi dan monumen. Namun, akibat perbedaan karakteristik dan komponen pembentuknya, setiap jenis batu alam memiliki cara perolehan dan pemrosesan yang berbeda. Batu marmer sendiri memiliki tiga tahap utama dalam proses perolehan dan produksinya, yakni ekstraksi, pemotongan atau penggergajian, dan pemolesan.
Tahap Ekstraksi
Sebelum masuk ke tahap ekstraksi, para penambang marmer sebelumnya harus menentukan lokasi penambangan terlebih dahulu. Lokasi ini dapat ditentukan dengan mencari keberadaan batu dengan pola-pola urat seperti marmer yang terekspos dari tanah. Penemuan batu tersebut kemudian perlu diidentifikasi lebih detail dengan cara analisis medan, melihat formasi batuan sekitar, dilanjutkan dengan survei dan studi geologi untuk memastikan batu tersebut terverifikasi sebagai marmer. Jika verifikasi sudah didapatkan, maka barulah proses penambangan dapat dilanjutkan.
Marmer ditambang dalam bentuk bongkahan-bongkahan berbentuk balok berukuran besar. Karena itu peralatan dan alat berat sangat diperlukan untuk membantu pengangkatan dan pemindahan bongkahan ini. Pengeboran dilakukan untuk membentuk lubang di marmer agar dapat diisi dengan bahan peledak. Peledakan terkendali dilakukan untuk melepaskan blok marmer dari batuan di sekitarnya dan mempermudah proses pemecahan marmer agar lebih mudah untuk dipindahkan dan diproses nantinya. Alat-alat berat seperti mesin beko dan eskavator pun diturunkan untuk membantu proses pemindahan marmer dari lokasi tambang ke area pabrik untuk proses lanjutan.
Tahap Pemotongan
Penentuan sisi pemotongan bongkahan marmer juga merupakan tahap krusial karena nantinya akan menentukan motif bongkahan marmer yang diperoleh dari penambangan tersebut. Setelah dipindahkan, marmer kembali dibersihkan dan baru dipotong ke dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan permintaan dari konsumen. Potongan marmer yang paling umum dan sering ditemukan adalah lempengan tipis yang dihasilkan dari potongan gergaji mesin kawat – bentuk konvensional yang biasa digunakan sebagai lantai maupun pelapis penutup dinding (wall-cladding).
Tahap Pemolesan
Setelah itu, marmer dipoles agar permukaannya tidak hanya rata, tetapi juga halus dan reflektif agar dapat diaplikasikan menjadi berbagai kegunaan. Pemolesan penting agar marmer lebih berkilau sehingga warna dan pola alaminya terlihat jelas. Tahap ini tidak dapat dilewatkan karena salah satu inti utama dari penjualan marmer adalah untuk merepresentasikan bagaimana suatu hal bernilai seni tinggi juga dapat diperoleh dari alam. Namun, teknik pemolesan lain untuk menghasilkan hasil berbeda seperti matte atau hasil akhir yang berkilau dan honed atau hasil akhir yang permukaannya lebih bertekstur aus juga dimungkinkan, mengingat terdapat perbedaan akan preferensi konsumen.
Baca selanjutnya Beberapa Alasan Marmer merupakan Batu Alam Pilihan
Marmer merupakan batu yang multi-fungsi dan lebih tahan banting dibandingkan alternatif batu alam lain. Ketahanannya ini tidak hanya berguna bagi fungsionalitas dan jangka waktu penggunaannya saja, tetapi juga memungkinkan batu tersebut untuk melewati berbagai tahapan proses produksi yang berbeda-beda sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan preferensi konsumen yang bervariasi. Oleh karena itu, tidak heran bila batu marmer masih menjadi pilihan nomor satu bagi para arsitek, kontraktor, dan juga pemilik rumah yang ingin menghadirkan karya seni namun tetap bersifat fungsional di area yang sedang dibangunnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai informasi ketersediaan dan pilihan berbagai jenis marmer yang berkualitas untuk keperluan anda, silahkan kunjungi intinusa.com
Comments