Walaupun sering dikira sebagai satu jenis batu alam yang sama karena keduanya memiliki motif yang indah dan sering digunakan dalam konstruksi dan desain interior, nyatanya marmer dan granit memiliki perbedaan yang sangat jelas. Baik marmer maupun granit memiliki performa dan kesesuaian penggunaan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Marmer merupakan jenis batu alam yang terbentuk dari hasil metamorfosis batu kapur atau sedimen yang terkena tekanan dan panas tinggi, sehingga komposisi utamanya adalah mineral seperti kalsit atau dolomit, sedangkan batu granit merupakan batuan beku yang terbentuk dari magma yang mengeras dan mendingin dengan mineral utamanya berupa kuarsa, feldspar, dan mika. Perbedaan proses pembentukan marmer dan granit yang berbanding terbalik – marmer karena pemanasan dan tekanan sedangkan granit akibat pendinginan – menyebabkan keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga mengakibatkan perbedaan dalam maksimalisasi aplikasinya jika ingin diikutsertakan dalam desain interior rumah.
Pola dan tekstur batu granit (kiri) vs. batu marmer (kanan)
Perbedaan karakteristik marmer vs. granit :
Warna : Dengan kalsit atau dolomit sebagai mineral utama yang menyusun marmer memberikan pemberian warna yang lebih ringan terhadap marmer, yakni cenderung putih atau abu-abu dengan pola vena yang lebih alami. Berbeda dari marmer, granit menghasilkan pilihan warna yang lebih beragam dengan butiran kasar, sehingga berpola bintik-bintik.
Daya tahan dan kekerasan : Marmer cenderung lebih lembut dari granit, tidak heran bila granit disematkan sebagai salah satu batu alam terkeras yang dapat digunakan untuk desain interior. Karena itu, marmer pun lebih rentan terhadap goresan dan retak bila digunakan tidak dengan hati-hati dan di area yang ramai kegiatan.
Ketahanan terhadap bekas noda : Marmer memiliki pori-pori yang lebih besar dari granit, menjadikannya lebih mudah menyerap tumpahan cairan dan berkemungkinan lebih besar untuk meninggalkan noda bila tidak dibersihkan secara langsung dan menyeluruh. Oleh karena itu, batu marmer dalam setahun membutuhkan 2x pelapisan ulang (resealing) dengan cairan yang dikhususkan untuk batu berpori agar meminimalisir noda yang membekas akibat tumpahan dan mempertahankan kilapnya, sedangkan granit hanya perlu sekali dalam setahun.
Ketahanan terhadap panas : Komposisinya yang lebih keras dan kokoh menjadikan batu granit lebih baik dalam menahan panas dibandingkan marmer yang lebih sensitif dan rentan meninggalkan bekas noda bakar.
Pengaplikasian : Pola urat dan vena marmer yang halus, panjang, dan anggun menjadikan batu ini lebih sering dipilih akibat kemewahan dan suasana elegan yang dihadirkannya, sehingga sering diaplikasikan untuk area yang sering terlihat seperti lantai, lapisan dinding, bingkai perapian, dan hal lain yang bertujuan untuk mendekorasi. Di sisi lain, granit yang berdaya tahan lebih tinggi sering kali diaplikasikan menjadi meja dapur, meja di kamar mandi, maupun di luar ruangan, seperti pilar dan lapisan dinding eksterior rumah.
Contoh pengaplikasian granit untuk meja dapur karena ketahanannya terhadap panas dan tidak mudah meninggalkan noda.
Contoh marmer sebagai pelapis dinding dan bingkai perapian untuk menambah kesan elegan.
Itulah hal-hal yang membedakan antara batu marmer dan batu granit yang masing-masing memiliki target kegunaannya sendiri. Bila lebih mengutamakan estetika dan tidak masalah dengan tuntutan perawatan batu yang lebih intensif, marmer dapat menjadi pilihan tepat karena motif dan keindahan warna yang ditawarkannya tiada dua. Namun, bila lebih mengutamakan fungsionalitas dan daya tahan, terlebih bila batu tersebut akan digunakan di area yang padat aktivitas, granit dapat menjadi solusinya.
Manapun yang menjadi pilihan anda, pastikan anda hanya membeli marmer dan granit kualitas terbaik dari PT. Intinusa Selareksa, Tbk (www.intinusa.com).
Comments